Mengapa Kandungan PFAS di Alat Masak Bisa Mempengaruhi Ibu Menyusui

Jakarta - Sebuah studi menemukan bahwa kandungan Per- and also polyfluoroalkyl substances (PFAS) yang digunakan untuk membuat produk umum seperti alat masak, dapat pengaruhi kemampuan ibu menyusui. Wanita dengan tingkat PFAS yang tinggi dalam tubuh mereka memiliki kemungkinan 20 persen lebih besar untuk berhenti menyusui lebih awal.

PFAS adalah bahan kimia buatan manusia dengan fungsi anti miyak dan air. Selain digunakan untuk membuat alat masak, PFAS juga digunakan pada proses pembuatan produk tekstil, karpet hingga wadah dan kemasan makanan.

Bahan kimia, PFAS yang banyak ditemukan pada alat masak ini ternyata dapat mengganggu endokrin pada ibu menyusui. Endokrin merupakan sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah.

Kandungan PFAS tidak terurai ketika dilepas ke lingkungan, serta terus menumpuk seiring waktu. Studi baru tentang alat masak yang mengandung bahan PFAS terhadap ibu menyusui ini telah terbit dalam Endocrine Society's Journal of Scientific Endocrinology & Metabolic rate, dilansir dari Science Daily, Senin (20/9/2020).

"Bahan kimia (PFAS) buatan manusia ini (dapat) menumpuk di tubuh kita dan memiliki efek merugikan pada kesehatan reproduksi," kata Clara Amalie Gade Timmermann, Ph.D., asisten profesor University of Southern Denmark di Kopenhagen, Denmark, sekaligus penulis pertama pada studi ini.

Dia mengatakan bahwa penemuan ini merupakan hal yang sangat penting terlebih hampir setiap manusia di Bumi pasti sudah terpapar PFAS. Apalagi, kandungan PFAS pada produk yang digunakan sehari-hari tersebut juga bisa memengaruhi hasil kehamilan, waktu pubertas hingga aspek kesehatan reproduksi lainnya.

Perlu diketahui bahwa menyusui memiliki manfaat untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Adapun efek kandungan PFAS yang memberikan pengaruh buruk pada kemampuan menyusui ibu mungkin juga memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang.

"Penyapihan dini yang tidak diinginkan secara tradisional dikaitkan dengan faktor psikologis, yang tidak diragukan lagi penting,"ujar Timmerman.

Namun harapan mereka, semoga penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk memahami bahwa tidak semua ibu dapat menyusui meskipun mereka memiliki niat dan dukungan dari keluarga hingga ahli kesehatan.

Sementara untuk mendapatkan hasil tersebut, para peneliti melakukan analisis sampel darah untuk PFAS dan konsentrasi prolaktin. Sebanyak 1.286 wanita hamil dari Odense Child Cohort terlibat di dalamnya. Mereka memberikan pesan teks mingguan atau kuesioner pada tiga dan delapan belas bulan pasca persalinan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perputaran Bumi Semakin Cepat, Apakah Berbahaya ?

Fenomena Langka Ada Anak Sapi Berkepala dua yang Hidup

Perampok Ini Hanya Menggunakan Jam Tangan Pintar Berhasil Mencuri Uang Sebesar Rp 7,2 Miliar Dari Bandar Narkoba