Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Arkeolog Menenukan Sebuah Bola Batu Misterius Berwarna Hitam di Makam Neolitik Skotlandia, Berikut Fungsinya

Jakarta - Arkeolog menemukan dua bola batu yang dibentuk sekitar 5.500 tahun yang lalu di makam neolitik di pulau terpencil Skotlandia. Sebelumnya ahli menduga kalau bola batu itu merupakan senjata tetapi belakangan perkiraan itu dibantah oleh ilmuwan lainnya. Tak hanya dua bola batu, arkeolog juga menemukan ratusan bola batu serupa di situs Neolitik terutama di Skotlandia dan Kepulauan Orkney, tetapi juga di Inggris, Irlandia dan Norwegia, Live Scientific research sebelumnya melaporkan. Arkeolog Vicki Cummings dari University of Central Lancashire di Inggris mengatakan, bola batu yang sangat indah itu kemungkinan untuk menandakan condition seseorang. Di dalam makam, para arkeolog juga menemukan kumpulan tulang manusia yang dikremasi di dekat pintu masuk ruang pemakaman, serta beberapa pisau sisit yang terbuat daru karang pantai. Penggalian di Sanday merupakan upaya bersama antara tim University of Central Lancashire, yang dipimpin oleh Cummings dan arkeolog dari Mus

Mengapa Kandungan PFAS di Alat Masak Bisa Mempengaruhi Ibu Menyusui

Jakarta - Sebuah studi menemukan bahwa kandungan Per- and also polyfluoroalkyl substances (PFAS) yang digunakan untuk membuat produk umum seperti alat masak, dapat pengaruhi kemampuan ibu menyusui. Wanita dengan tingkat PFAS yang tinggi dalam tubuh mereka memiliki kemungkinan 20 persen lebih besar untuk berhenti menyusui lebih awal. PFAS adalah bahan kimia buatan manusia dengan fungsi anti miyak dan air. Selain digunakan untuk membuat alat masak, PFAS juga digunakan pada proses pembuatan produk tekstil, karpet hingga wadah dan kemasan makanan. Bahan kimia, PFAS yang banyak ditemukan pada alat masak ini ternyata dapat mengganggu endokrin pada ibu menyusui. Endokrin merupakan sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah. Kandungan PFAS tidak terurai ketika dilepas ke lingkungan, serta terus menumpuk seiring waktu. Studi baru tentang alat masak yang mengandung bahan PFAS terhadap ibu menyusui ini telah terbit

Siapakah Alesandro Volta? Dan Bagaimana Volta Menemukan Baterai? Berikut Selengkapnya

Jakarta - Alessandro Volta merupakan seorang fisikawan Italia yang berhasil menemukan baterai pada tahun 1779. Penemuan baterai modern miliknya berawal dari ide menumpuk dua jenis logam, dengan cara inilah listrik dapat dihasilkan. Idenya yakni, istrik dapat dihasilkan hanya dengan menumpuk lapisan atau cakram logam seng dan perak secara bergantian dalam bak air asin yang memungkinkan arus listrik mengalir. Temuan ini pun yang menandai awal penemuan baterai pertama, yang disebutnya sebagai organ listrik buatan, perangkat yang dijelaskan dalam artikel Volta tentang listrik pada tahun 1800, dilansir dari artikel The Fantastic Courses Daily, Rabu (14/9/2021). Di mana Alessandro Volta dilahirkan? Kendati lebih dikenal dengan nama Alessandro Volta, penemu baterai modern ini memiliki nama lengkap yang cukup panjang, yakni Conte Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Volta. Volta dilahirkan pada 18 Februari 1745, di sebuah kota kecil Como, Lombardy, yang berada di wilayah utara It

Para Ahli Menjelaskan Turunan Dari Varian C.1.2, Berikut Penjelasannya

Jakarta - Para ahli riset genetika menyatakan keprihatinan melihat munculnya varian baru Covid-19 yang memiliki banyak kemiripan dengan varian lain antara existed Alpha, Beta, dan Gamma. Menurut CNN, varian yang dikenal sebagai C. 1.2 menular ke seluruh Afrika Selatan termasuk di tujuh negara lain di Afrika, Asia dan Pasifik. Para peneliti belum dapat memastikan apakah mutasi dari tipe varian lebih berbahaya, tetapi mereka membawa perubahan pada varian lain untuk meningkatkan kerentanan terhadap respons sistem kekebalan manusia sampai tingkat tertentu. Tim peneliti, yang juga termasuk ahli virologi dari South African Institute of Infectious Conditions, Dime Moore menjelaskan bahwa lebih banyak mutasi belum tentu lebih berbahaya. "Kami sedang mengevaluasi efek varian ini pada netralisasi antibodi setelah infeksi virus corona atau vaksinasi terhadap virus corona di Afrika Selatan. "Varian ini terdeteksi selama gelombang ketiga infeksi sejak Mei lalu dan dikai